Saturday, October 30, 2004

Sempurna Itu Abstrak

Lelah rasanya membuat, menjaga dan memelihara yang kita miliki untuk tetap sempurna secara batin. Bukan batin orang lain, tapi batinku sendiri. Maksudku, aku lelah bersikap 'perfectionist' pada apa yang aku punya dan pada apa yang aku buat. "Kesempurnaan itu hanya milik Tuhan," kata hatiku suatu hari. Aku mengangguk. Itulah kesadaran sedalam-dalamnya yang harus aku hadapi. Entah itu menyakitkan kebiasaanku sejak kecil atau tidak. Aku harus mengangguk. Menerima.

Sesungguhnya, keingin-sempurnaanku pada 'segalanya' didasari oleh rasa sayangku pada 'segalanya' tadi. Ini adalah bentuk ungkapan syukur yang mungkin berada pada stadium 9 dalam skala 10. Aku tak mau kaos murahanku bolong terkena puntung rokok sekalipun sekecil lubang jarum. Aku tak mau sandal jepitku berlubang karena ketaksengajaanku menginjak paku. Itu beberapa contoh. Sungguh menyita pikiran, jiwa dan ragaku perasaan seperti itu. Dalam hidup ini, tentu aku mempunyai seribu barang yang entah berbentuk apa saja yang harus kupelototi satu-satu agar tak 'cacat' oleh hal-hal yang menggangguku atau oleh hal-hal yang akan merobek-robek batasan 'kesempurnaanku'.

Mendesain tampilan blogger ini saja sudah menyita waktuku hampir dua tahun, ditambah pikiran dan tenaga yang kuperas setiap malam. Toh akhirnya hasilnya biasa saja, tidak lebih buruk dari 'desain sempurna' yang masih mengganggu pikiranku. Tidak lebih buruk? Bagaimana aku bisa mengatakan begitu jika 'desain sempurnaku' masih berputar-putar di kepalaku? Kepalaku sakit memikirkannya...

Saat ini aku berusaha mengendalikan kegila-sempurnaanku pada hal-hal yang kuanggap lebih bearti. Bukan pada barang-barang yang pada masa tertentu aka rusak, habis atau hilang. Jika aku ingin terus merasakan 'hidup' aku harus menerima resiko itu. Atau --pada fase yang lebih tinggi-- aku harus bisa memindahkan 'keperfectionist-anku' pada hal yang tidak bersifat duniawi saja. Tidak ada yang sempurna selain karya Tuhan.

No comments: